Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)

Salah satu penyakit manusia yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah “Al Wahan” (cinta dunia, takut mati). Istilah wahan ini merupakan ungkapan Nabi SAW tatkala menjelaskan kondisi umat manusia di masa yang akan datang. Sabda Nabi SAW: “Akan datang suatu masa, di mana bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian seperti orang-orang rakus memperebutkan makanan di atas meja. ‘Apakah karena pada saat itu jumlah kami sedikit ya Rasulul-lah?’ Rasulullah SAW menjawab: ‘Tidak, bahkan kamu pada saat itu mayoritas, akan tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air laut. Sesungguhnya Allah telah mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan telah mencampakkan nilai penyakit al-wahan pada diri dan perasaan kamu’. Sahabat bertanya: ‘Apakah penyakit al-wahan itu ya Rasulullah?’ Nabi SAW menjawab: ‘Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati’ “.



Sebab-Sebab Al-Wahan

Penyakit al-wahan ini disebabkan telah merasuknya cinta kepada benda, harta, tahta (jabatan), wanita di hati manusia. Manusia pada dasamya ingin kaya, pangkat tinggj, memiliki pangaruh yang besar, terkenal di mana-mana, dan mempunyai istri yang cantik. Manakala seseorang telah mencapai keinginannya sementara aturan-aturan Allah tidak dipergunakan dalam mengatur dan mengendalikan kekayaan dunianya, maka inilah yang disebut materialistis, alias cinta dunia.

Faham materilisme ini sama sekali tidak dibolehkan dalam ajaran Islam, bahkan adalah merupakan musuh Islam yang tergolong utama. Faham ini merupakan warisan dari Iblis la’natullahi’alaihi, yang memang kehadiran dan keberadaanya didalam diri hanya untuk menggoda agar manusia rusak, sehingga (pada akhirnya kelak) menjadi penghuni neraka bersama iblis.

Kepada iblis Allah SWT bertanya: “Apakah yang menghalangimu sujud kepada Adam?” Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah ?” (QS.A1 A’raf: 12).

Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan timbulnya penyakit wahan di masyarakat muslim, yakni:
Kaum muslimin banyak yang belum memahami karakteristik ajaran Islam itu sendiri. Sehingga dengan mudah mereka menerima faham-faham yang tidak sesuai ajaran Islam. Mereka hanya menerima hal-hal yang sesuai dengan tuntutan hawa nafsunya. Sedangkan hal-hal yang jelas berdasaikan prinsip-prinsip ajaran Islam dilihat dan disikapinya sebagai sesuatu beban dan menyusahkan kehidupan. Mereka merasa ragu dan telah phobi terhadap Islam.
Pengaruh racun berpikir yang diminumkan sejak lama oleh musuh-musuh Islam terhadap kaum muslimin. Proses pencekokan tersebut berlangsung dengan demikian halus dan terorganisir, sehingga umat Islam menjadi lemah dan terpecah-pecah. Hal itu sesungguhnya amat kita lihat dan rasakan (QS.A1 Baqarah: 120).
Kekuasaan politik dan pemerintahan tidak berada ditangan kaurn muslim. Urusan umat Islam diserahkan kepada orang-orang kafir lagi fujur, fasik dan munafik. Mereka mengangkangi kaum muslimin dalam berbagai bidang.
untuk mewujudkan cita-citanya musuh-musuh Islam (Yahudi dan Nasrani) merancang taktik strategi untuk menghadapi umat Islam. Mereka memanfaatkan kekayaan, ilmu pangetahuan, dan teknologi yang mereka miliki untuk menghadapi dan memperdaya umat Islam. Sehingga situasi dan kondisi dunia lslam benar-benar dalam keadaan lemah, terbelakang, terpecah-pecah, dan malah sesama umat Islam itu sendiri saling beradu dan bermusuhan.

Membasmi Penyakit Wahan

Penyakit wahan ini bisa diatasi dengan jalan bertaubat kepada Allah SWT. Mereka yang merasa bahwa penyakit ini telah menghinggapi dirinya hendaklah melakukan langkah-langkah berikut :
Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan hari akhir, sampai pada derajat yakin. Dengan keyakinan ini penyakit cinta dunia atau takut mati akan hilang (QS. Al Hadid:20).

Selalu mengkaji dan memahami ajaran Islam, terutama bidang akidah, yang merupakan inti ajaran Islam. (QS.Mubammad: 19).

Menghayati maksud pandangan Islam terhadap urusan duniawi, serta mampu mengamalkannya. Sesungguhnya Islam tidak mengharamkan dunia dan perhiasannya, akan tetapi menjadikannya sebagai alat untuk mencapai kehidupandan kebahagiaan akhirat.

Meningkatkan dan memantapkan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka sifat qana’ahnya muncul dan menjadi citra diri dan kehidupannya. Rasa syukurnya semakin meningkat, dan tawadhu (rendah hati) akan menjadi benteng dan sekaligus penghias dirinya. (QS An-Nahl:96).
Berjihad di jalan Allah dengan segenap kemampuannya yang ada. Di antara jihad yang harus dikedepankan adalah mempersiapkan generasi yang beraqidah yang kuat, mantap dalam ibadah, terpuji akhlaknya. (QS.A1 Furqaan :52)

Sumber : Lembar Risalah An-Natijah, No. 27 Thn. XIII - 4 Juli 2008

0 komentar: